Total Tayangan Halaman

Selasa, 01 Februari 2011

Sekolah Lipu Punya Modul Sendiri
Apakah proses belajar dengan menggunakan permainan seperti gasing itu bisa”. Ungkap Ditong, salah
satu peserta kursus yang merupakan guru lokal dari Lipu Bone Paratambung.Mungkin pertanyaan itu bagi kebanyakan
orang adalah hal yang aneh, bagaimana bisa bermain merupakan sebuah proses belajar. Itulah model pembelajaran di
sekolah lipu, proses belajar yang dilakukan sering diisi dengan permainan-permainan, baik itu permainan tradisional

maupun permainan baru.
Metode ini bertujuan agar proses belajar menjadi hal yang menyenangkan bagi anak-anak, bukan sebuah kegiatan yang
membosankan. Itulah sekilas ungkapan dari peserta selama mengikuti kursus penerapan modul, yang dilaksanakan
selama tiga hari, mulai tanggal 7 sampai 9 Meret 2009. Kursus ini difasilitasi langsung oleh Abdul Salam dan Abdul
Ghofur sebagai tim perumus modul.
Kegiatan yang dilaksanakan di Kantor Lapangan Ampana YMP, diikuti oleh delapan orang, lima orang di antaranya
adalah guru lokal dari Lipu Vananga Bulang, Ue Viau, serta Sabado. Sedangkan 3 orang lainya adalah fasilitator
lapangan/ CO (Comunity Organizer) YMP. Para peserta ihklas meninggalkan keluarga dan tanggung jawabnya untuk
sementara waktu demi kemajuan komunitas Tau Taa, khususnya generasi mudanya.
Kursus ini diberikan setelah melihat perkembangan yang ada di sekolah lipu. Dua tahun telah berjalan, dengan semua
kelebihan dan kekurangannya, sekolah lipu mencoba lebih maju dengan membuat sebuah acuan serta panduan dalam
pengelolaan pembelajaran.
Berangkat dari hal tersebut, maka digagaslah sebuah modul membaca, menulis dan berhitung sebagai panduan
fasilitator atau di komunitas dikenal sebagai guru lokal. Modul tersaebut diharapkan dapat lebih memudahkan para guru
dalam memfasilitasi proses belajar mengajar selanjutnya.
Lain lagi yang di katakan oleh Rime, menurutnya kursus ini cukup membingungkan, banyak isi modul yang kurang ia
pahami. “Ane si`i, Aku tawa li” ( Kalau ini saya belum paham). Ini dikarenakan ia memang baru belajar
bahasa Indonesia, memang ada beberapa kata yang belum ia pahami arti maupun maksudnya. Namun setelah
dijelaskan ke bahasa Taa dengan bantuan peserta lain akhirnya Rime dapat memahaminya.
Sensi, guru lokal di Lipu Ue Viau, menyatakan sebelum ada modul ini, ia kadang masih bingung menentukan tahapantahapan
materi yang akan diberikan untuk peserta belajar. “Modul ini akan memudahkan saya dalam menentukan
tahapan-tahapan materi yang akan diajarkan kepada murid di Sekolah Lipu” ungkap Sensi polos.
Setelah kurang lebih 1 tahun Devisi riset dan Advoksi YMP bersama dengan Fasilitator pendidikan serta komunitas Tau
Taa Wana mencoba merumuskan modul. Maka tahun ini fasilitator pendidikan sudah mulai memakai modul tersebut
untuk diterapkan di sekolah lipu.
Modul membaca, menulis dan berhitung ini mengambil ba-han-bahan materi yang ada di komunitas Tau Taa Wana,
dengan maksud mendekatkan peserta didik dengan media belajar yang ada di sekitar mereka dan lebih mereka kenal.
Melalui metode ini pesrta didik khususnya anak-anak, bisa langsung mempraktekanya dalam kehidupan sehari-hari.

Ghofur

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri Populer